Pelawak Buana.

Siang dan malam berjalan tanpa tujuan, sesekali beristirahat untuk rehat dari peliknya dunia yang penat. Silau lampu para penghuni kota, ada yang beroda dua, beroda empat, sampai yang menumpang pada roda yang tujuannya ntah kemana. Perihal tujuan, tentu saja saya punya namun jika hanya manusia biasa apa bisa bermimpi luar biasa?
Pada pinggiran jalan saya terpaksa mencari pangan, bukan karena tak punya pekerjaan apalagi pasrah terhadap keadaan, hanya saja hidup didunia ini bukan hanya tentang bagaimana caranya bersyukur, tapi juga bagaimana caranya menerima takdir yang sudah diatur.

Dibalik kostum maskot, saya duduk dibawah lampu temaram, diantara hiruk pikuk para manusia yang rasanya 'beruntung sekali perihal bahagia, saya cukup iri pada mereka yang tak harus pusing mau berkelana kemana lagi esok hari. Yang tak pusing karena punya rumah untuk sekedar berteduh kala mendung membawa hujannya menyeluruh, atau berteduh pada ruko ataupun tempat yang setidaknya cukup untuk menjaga tubuh.

Sebagian orang, ada beberapa yang sukarela memberi kata semangat, ada juga yang memberi pelukan hangat sampai air matanya terlihat. Kenapa bersedih? Apa kostum ini kurang lucu untuk membuat tawa?

Nyatanya saya memang cukup baik menjadi badut, dibalik karakter manis yang rupanya tersenyum tak habis-habis. Berjoget menghibur mereka yang mungkin harinya sedang hancur, namun siapa tahu jika sebenernya saya pun tak kalah hancur. Sebenarnya saya tak kalah lelah, tak kala rasanya ingin menyerah, tapi kalau dipikir-pikir lagi... Kalau saya tak ada siapa lagi Yang mau menjadi pelawak buana?


Komentar