Perayaan makhluk bumi.

"Aku gak percaya sama yang namanya pernikahan jika disebagian pasangan banyak yang memilih untuk cerai."

"Artinya, kamu gak akan nikah dong tha?"

"Nikah."

"Kalau cerai bagaimana?"

"Ya jangan sampai. walaupun aku ragu, nyatanya aku butuh sosok untuk tumbuh bersama sampai menua. Tapi, kalau gak ada yang mau sama aku... Aku mau sama kamu aja, boleh?"

"Ga boleh."

"Kenapa?"

"Aku cuma mau sama orang yang mempunyai pendirian, gak ragu kaya kamu tha."

"Ahh, kita emang cocoknya jadi temen aja ya na? Hehehe."

"Iya, tapi.. kalau teman hidup mungkin aja bisa kalau aku berubah pikiran nantinya."

"Ck, wanita emang selalu labil."

"Heheh."

Hanna sebenarnya tidak akan nolak kalau sewaktu-waktu Pratha mau melamar nya, namun ada beberapa hal yang bikin Hanna ragu perihal niat keseriusan itu. Bagaimana bisa dia suka sama Pratha yang kalau jemput pulang kerja selalu lupa bawa helm dua. Akhirnya ditilang depan kota tua. kalau kata Pratha, "Aku cuma punya satu, lupa beli, soalnya kamu bukan pacar ku sih jadi gak perlu beli dua kan?" Maksudnya Hanna, 'kan bisa pinjam ke saudaranya yang lain atau minjam ke tetangga gitu, ah tidak heran sih yang namanya Pratha memang ahlinya berdusta.

Lalu pernah sekali Pratha mengajaknya makan nasi kuning dipinggir pancoran, bukan nasi kuning nya yang aneh tapi dia ngajak Hanna tepat pukul sepuluh malam. Hanna bete, udah siap mau tidur malah disuruh keluar ngalor-ngidur.

"Emang harus nasi kuning apa tha?"

"Iyalah, soalnya ada yang lagi ulang tahun."

"Siapa? Ultah mu kan masih dua bulan lagi."

"Ya bukan aku, tapi kucing ku!"

Astaga kalau ini bukan lagi dijalan Hanna ikhlas mukul Pratha pakai tas yang ia bawa, nyebelin banget sampe pengen tuker jiwa.

"Terus kucingnya sekarang mana?"

"Udah ada ditempat nasi kuning."

"Hah,"

Rembulan malam ini memang mendukung banget untuk melakukan sebuah perayaan, tau bagaimana terang nya jalanan Jakarta walau sudah malam namun tetap saja ramai. Iya, seramai para meong dibawah kaki Hanna ini. Mereka dengan lahap memakan ayam yang Pratha beli untuk merayakan ulang tahun katanya.

"Lucu kan na? Mereka hari ini ulang tahun."

"Kok hari ini, kan pasti mereka beda-beda hari lahirnya."

"Merayakan gak harus tentang hari jadi na, kamu sekarang mau nemenin aku kesini aja udah bisa dibilang perayaan."

"Aku kadang gak ngerti sama kamu deh tha, ada aja tingkah mu yang susah buat diduga."

"Ya maaf, aku cuma mau berbagi bahagia sama mahkluk bumi yang ada. Sama kucing-kucing ini yang sehari aja mungkin mereka gak dapet makan, mana masih kecil." 

"Manusia juga ada kan tha yang sehari-hari susah buat sekedar nyari pagan. Kenapa kamu gak peduliin mereka lebih dulu?"

"Na, buat nolong manusia kadang kita gak perlu bilang-bilang. Untuk itu aku udah punya rencana sendiri. Ya intinya aku gak ngelupain kewajiban sesama manusia untuk saling menolong, nah sekarang sesama makhluk hidup aku mau nolong mereka, kucing-kucing ini. Paham?"

"Tha? Tanggal yang bagus hari apa ya?"

"Mau buat acara apa?"

"Hari pernikahan kita, sayang banget kalau manusia kaya kamu gak aku milikin cepet-cepet nanti malah keburu diambil orang."

"Ya Allah Hanna."

"Hari Sabtu ya tha?"

"Kenapa gak Minggu?"

"Takut capek malemnya pas sama kamu, heheheh."

"Dasar, abisin dulu itu nasi kuning mu. Kalau mau nambah bayar sendiri!"

"Katanya gratis,"

"Engga, aku mau nabung soalnya."

"Loh tiba-tiba?"

"Iya! Soalnya kamu tiba-tiba juga sih ngajak nikahnya."

"Aduh, siap calon suami!"

Serandom nya Pratha, Hanna masih saja tidak bisa berhenti suka pada sosoknya. Jujur Hanna tidak tau gimana nantinya jika bukan Pratha yang jadi teman menua dirinya dimasa depan. Aduh, pokoknya harus sama Pratha sih, Hanna maksa.

Komentar